Untuk menjadi pemimpin EV di Asia Tenggara, VinFast perlu fokus pada tiga hal krusial: pricing, charging ecosystem, dan kepercayaan brand. Tanpa brand trust, EV tidak akan dibeli, karena EV itu bukan seperti membeli gadget 2 juta rupiah yang kalau rusak tinggal ganti. EV itu kendaraan komoditas harian. Orang beli EV untuk dipakai bertahun-tahun. Jadi brand trust adalah modal besar.
VinFast sudah mulai membangun trust dari sisi global, dari IPO di Amerika, kampanye marketing, dan investasi pabrik di luar Vietnam. Jika pabrik di Indonesia atau Thailand benar-benar terlaksana, ini akan membuat VinFast tiba-tiba melonjak brandingnya menjadi brand Asia Tenggara, bukan brand import Vietnam.
Asia Tenggara punya kelebihan demografi, pasar besar, dan pertumbuhan ekonomi. VinFast tahu itu. Dan mereka maju dengan strategi cepat, langsung bermain di skala global. Bukan hanya membuat mobil, tetapi menciptakan image bahwa Vietnam bisa punya brand otomotif modern yang bisa bersaing dengan China, Jepang, Korea, dan Amerika.
Peluang mereka untuk menjadi pemimpin di Asia Tenggara itu ada, dan cukup realistis, asal tiga syarat ini terpenuhi: harga sesuai kemampuan middle class, jaringan dealer dan aftersales kuat, dan infrastruktur charging disiapkan bersama partner strategis di tiap negara.
VinFast bukan sekadar hype, tetapi mereka punya blueprint strategi yang sesuai karakter pasar Asia Tenggara. Bila mereka sukses mengeksekusi, otomatis posisi dominan bisa dicapai dalam 5 sampai 8 tahun ke depan.(KN)