Contoh penerapan MaaS di dunia sudah terlihat di negara maju seperti Finlandia dan Singapura, di mana transportasi publik dan swasta saling terhubung secara digital.
Di Indonesia, cikal bakal MaaS bisa dilihat dari kolaborasi antara Grab, Gojek, MRT Jakarta, dan TransJakarta, yang mulai menyediakan layanan terintegrasi berbasis satu aplikasi.
Baca Juga: Kendaraan Otonom dan AI, Intip Bagaimana Masa Depan Berkendara di Indonesia
5. Respons Pasar Indonesia terhadap Tren Ini
Pasar otomotif Indonesia mulai merespons positif konsep kepemilikan fleksibel. Berdasarkan data Gaikindo, permintaan terhadap layanan sewa dan langganan mobil meningkat sekitar 20–30% per tahun pasca-pandemi.
Generasi muda yang lebih akrab dengan teknologi digital merasa model langganan lebih efisien daripada membeli mobil secara kredit. Selain itu, perusahaan juga mulai menggunakan sistem ini untuk efisiensi operasional armada.
Beberapa perusahaan logistik dan startup bahkan menggabungkan konsep fleet-as-a-service, di mana kendaraan digunakan bersama antar divisi untuk mengurangi biaya kepemilikan.
6. Tantangan Implementasi di Indonesia
Meski potensinya besar, model langganan dan MaaS masih menghadapi beberapa kendala di Indonesia:
Biaya bulanan relatif tinggi. Untuk sebagian masyarakat, biaya langganan mobil masih dianggap mahal dibandingkan kredit jangka panjang.
Keterbatasan jaringan layanan. Layanan masih berfokus di kota besar dan belum merata ke daerah.
Kebiasaan budaya kepemilikan. Banyak orang Indonesia masih beranggapan bahwa memiliki mobil pribadi adalah simbol status sosial.
Regulasi belum spesifik. Belum ada aturan pemerintah yang secara jelas mengatur sistem langganan kendaraan atau integrasi antar moda dalam MaaS.
Namun, tantangan ini bisa diatasi seiring dengan perkembangan infrastruktur digital, penetrasi internet, dan perubahan gaya hidup generasi muda.
Baca Juga: Aksesoris Daihatsu Taft Reborn yang Bikin Tampil Lebih Gagah dan Fungsional
7. Potensi Masa Depan di Indonesia
Melihat tren global, car subscription dan MaaS diprediksi akan menjadi bagian penting dari ekosistem mobilitas Indonesia di masa depan. Apalagi dengan semakin populernya mobil listrik (EV) dan kendaraan otonom, model berbasis layanan akan menjadi solusi utama untuk transportasi efisien, hemat, dan ramah lingkungan.
Pemerintah juga sudah mulai mendorong digitalisasi transportasi publik dan integrasi data lintas moda untuk mendukung visi Smart City dan Net Zero Emission 2060.
Ketika infrastruktur EV dan teknologi 5G semakin matang, MaaS akan menjadi fondasi utama bagi sistem mobilitas nasional.
Model kepemilikan mobil sedang berubah. Dari membeli mobil untuk dimiliki, kini masyarakat beralih ke menggunakan mobil sebagai layanan. Sistem langganan mobil dan MaaS memberikan fleksibilitas, efisiensi, dan pengalaman berkendara yang lebih sesuai dengan gaya hidup modern. Bagi masyarakat urban Indonesia, tren ini adalah solusi cerdas menghadapi tantangan mobilitas tanpa harus menanggung beban finansial dan perawatan kendaraan. Dengan dukungan regulasi yang tepat, infrastruktur digital yang kuat, dan kerja sama antara pemerintah dan sektor swasta, Indonesia siap memasuki era baru mobilitas — di mana mobil bukan sekadar milik pribadi, melainkan bagian dari layanan cerdas dan berkelanjutan.(KN)