Realitasonline.id | Kasus perundungan atau bullying ternyata tak hanya terjadi pada anak sekolah atau masyarakat umum. Kasus bullying bahkan sampai mengakar di kalangan kedokteran.
Baru-baru ini di media sosial sedang ramai aksi bullying yang dilakukan dokter senior kepada peserta pendidikan dokter spesialis.
Mirisnya, aksi bullying dokter itu justru terjadi di rumah sakit Kemenkes. Kok bisa?
Baca Juga: Sarana Belum Mumpuni, Perserosi Sumatera Utara Cuma Targetkan Tiga Medali di PON 2024
Dr Tommy Darmawan, SpBTKV, PhD, selaku Ketua Junior Doktors Network (JDN) Indonesia mengatakan jumlah kasus bullying dokter akan terus meningkat.
"Kasus bullying terjadi walaupun kasus kasuastik, tetapi jumlahnya semakin meningkat bahkan semakin banyak tapi perlu hal yang jelas serta cerdas dalam menentukan tindakan apa yang termasuk dalam kategori bullying," ucapnya seperti ditulis Viva.co.id.
Baca Juga: Polres Tapsel Limpahkan Tiga Tersangka dan Barang Bukti Kasus Narkoba Ke Jaksa
Walaupun demikian, Tommy menjelaskan bahwa perundungan tersebut butuh penelusuran apakah memang benar-benar termasuk tindakan bullying atau hanya tugas akademik yang dilatarbelakangi harus dikerjakan.
"Walaupun pada keputusan Menteri Kesehatan ada beberapa definisi, tapi itu harus jelas karena institusi pendidikan memiliki beberapa tugas akademik terutama pada tugas pelayanan kesehatan," lanjutnya.
Baca Juga: Rekan Media Di Kota Binjai Turut Meriahkan Donor Darah HUT Adhyaksa ke 63
"Seperti memberikan makanan kepada senior, tetapi kalau misalnya disuruh bangun pagi ataupun mengerjakan tugas seperti mencatat pasien pada jam 05.00 pagi itu kan masuk dalam kompetensi akademik dan pelayanan kesehatan kepada pasien jadi memang definisinya itu memang harus jelas," tegasnya.
Menurut Tommy, kasus bullying ini merupakan suatu isu yang sangat kompleks.
Maka JDN membuat Forum Komunikasi kepada para korban bullying untuk berani bersuara.
Baca Juga: Pemkab Tapsel Promosikan Produk UMKM di Ajang Pameran Apkasi Otonomi Expo 2023