Regulasi Berobat Berbelit Marilyn Lievani Seorang Disabilitas Mengeluh: Rumah Sakit Adam Malik Minta Maaf

photo author
- Jumat, 11 Oktober 2024 | 00:48 WIB
Marilyn Lievani seorang penyandang penyakit lupus yang berkategori disabilitas, berada di RS Adam Malik yang mengeluhkan pelayanannya berbelit-belit soal regulasi di sana. (Realitasonline.id/mukhtarhabib)
Marilyn Lievani seorang penyandang penyakit lupus yang berkategori disabilitas, berada di RS Adam Malik yang mengeluhkan pelayanannya berbelit-belit soal regulasi di sana. (Realitasonline.id/mukhtarhabib)

Suster di poli meminta ia menghubungi bagian farmasi untuk mendapatkan antrean obat.

Marilyn berpikir sistemnya akan sama seperti di rumah sakit tipe B dan C, di mana jika stok obat habis, farmasi akan menghubungi pasien saat obat tersedia.

Namun tak seperti yang dibayangkan, petugas farmasi tidak ramah dan bahkan memarahinya.

Sore harinya, petugas farmasi memberi tahu bahwa ketersediaan obat masih belum pasti, tetapi akan dibantu untuk diresepkan. Namun, tidak lama kemudian, tiba-tiba dia menyatakan tidak dapat membantu.

Baca Juga: Gegara Sosialisasi AMDAL Anak SD Negeri 101878 Dipulangkan Lebih Awal, Beberapa Pihak Terlibat

Dari pengalaman ini, Marilyn menyimpulkan beberapa kebijakan yang tidak adil di RS tipe A di maksud:

1. Saat pemeriksaan lab, pasien tidak mendapatkan obat dan dipaksa untuk membelinya sendiri.

2. Jika obat di rumah sakit habis, pasien harus mendaftar ulang seminggu kemudian untuk mendapatkan resep baru.

3. Obat harus diambil oleh pasien secara langsung, tidak dapat diwakilkan.

Baca Juga: Hina Gurunya Sendiri, Kepsek SMAN 1 Namorambe Dilaporkan ke Disdik Provsu dan Polresta Deli Serdang

Selain itu dia mengeluhkan teman-temannya di komunitas dari berbagai daerah, seperti Medan, Rantau Prapat, dan Sibolga, juga melaporkan kasus serupa.

Dia membayangkan jika pasien dari jauh harus mengeluarkan biaya transportasi yang tidak sedikit, tetapi obat tidak bisa mereka terima.

Dirinya sendiri pernah mengalami harus membeli obat sendiri, dan harga obat autoimun sangat tinggi serta sulit ditemukan. Komunitas tertentu di Pulau Jawa bisa memberikan jalur subsidi obat, tetapi saat Marilyn meminta resep dari poli, petugas terlihat ragu, selain dia hanya diberikan secarik kertas lusuh sebagai resep.

Pada 4 Oktober, salah satu anggota komunitas melaporkan bahwa saat stok obat habis, dia dipaksa menunggu satu minggu untuk pemindaian barcode agar bisa mendapatkan obat. Petugas farmasi dengan inisial YH berkata kepadanya yang menurut menyakiti hatinya.

"Itu sudah risiko berobat di Adam Malik." jelas Marilyn menjelaskan perkataan YH (petugas farmasi).

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Mukhtar Habib

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Kota Medan Kirim 5 Armada Damkar ke Aceh Tamiang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 15:43 WIB

UMP Sumut 2026 Naik 7,9 Persen Kini jadi Rp3.228.971

Jumat, 19 Desember 2025 | 19:07 WIB
X