Pemberdayaan Masyarakat sebagai Kunci Pencegahan Stunting: Dari Komunikasi Menuju Aksi

photo author
- Kamis, 16 Oktober 2025 | 22:35 WIB
Diana Br Sitepu, S.Kep., Ns. (Realitasonline.id/Dok)
Diana Br Sitepu, S.Kep., Ns. (Realitasonline.id/Dok)

Penulis : Diana Br Sitepu, S.Kep., Ns & Dr. Siti Zahara Nasution, S.Kp., MNS (Program Magister Ilmu Keperawatan F.Kep. USU)


Realitasonline.id - Bayangkan jika seorang anak tidak bisa tumbuh sesuai usianya bukan karena malas makan, melainkan karena tubuhnya sudah lama kekurangan gizi tanpa disadari.

Itulah stunting masalah gizi kronis yang masih menghantui banyak keluarga di
Indonesia.

Menurut World Health Organization (2023), satu dari empat anak di negara berkembang mengalami stunting. Lebih dari sekadar tubuh pendek, stunting dapat menghambat kecerdasan, menurunkan produktivitas, bahkan meningkatkan
risiko penyakit kronis di masa depan.

Baca Juga: Penguatan Komunitas Menuju Kesehatan Berkelanjutan: Implementasi Health Promotion Model dalam Keperawatan Komunitas

Mengapa Stunting Masih Terjadi?

Stunting tidak muncul dalam semalam. Ia berawal dari asupan gizi yang tidak seimbang, infeksi berulang, dan lingkungan yang kurang bersih. Namun, ada satu faktor penting yang sering diabaikan: kurangnya komunikasi efektif antara tenaga kesehatan dan keluarga.

Penelitian Smith et al. (2023) menunjukkan bahwa program intervensi berbasis pemberdayaan masyarakat mampu menurunkan angka stunting secara signifikan jika keluarga dilibatkan aktif dalam edukasi gizi dan kesehatan anak.

Sayangnya, masih banyak orang tua yang belum memahami pentingnya ASI eksklusif, pemberian makanan bergizi seimbang, serta pemantauan tumbuh kembang anak secara rutin.

Komunikasi sebagai Fondasi Pemberdayaan

Pemberdayaan masyarakat bukan hanya tentang memberikan bantuan, melainkan mengubah kesadaran dan perilaku.

Baca Juga: MASYARAKAT SEHAT, BANGSA KUAT: MENGHIDUPKAN PENGEMBANGAN KOMUNITAS MELALUI TEORI PROMOSI KESEHATAN NOLA PENDER

Di sinilah komunikasi memegang peran utama. Ketika tenaga kesehatan dan keluarga berdialog secara terbuka, mereka saling memahami kebutuhan, keterbatasan, dan solusi yang bisa dilakukan bersama.

Dalam konteks keperawatan, hal ini sejalan dengan Goal Attainment Theory dari Imogene King, yang menekankan bahwa keberhasilan kesehatan dicapai ketika perawat dan keluarga memiliki tujuan yang sama serta saling mendukung.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Ayu Kesuma Ningtyas

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Kota Medan Kirim 5 Armada Damkar ke Aceh Tamiang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 15:43 WIB

UMP Sumut 2026 Naik 7,9 Persen Kini jadi Rp3.228.971

Jumat, 19 Desember 2025 | 19:07 WIB
X