Jika dilihat lebih jauh, tampak luar bangunannya menyerupai sebuah stadion sepak bola dengan lahan rerumputan yang luas di dalamnya.
Area bangunan Kulah Yaman yang terbilang luas membuat bangunannya dimanfaatkan oleh banyak warga sekitar sebagai tempat beristihat.
Namun, hanya area luar saja yang boleh digunakan dan masyarakat dilarang untuk masuk kedalam.
"Ada seorang penjaga yang ditugaskan untuk menjaga pintu masuk bangunan," ungkap Irlan.
Jika berada di puncak Kulah Yaman, tak hanya kolam renang yang berada di lantai satu yang terlihat. Tapi juga pemandangan berupa gedung pencakar langit yang ada di sekitar bangunan.
Saat masih beroperasi, area kolam renang ini memperoleh air dari sumur bor yang terletak di belakang bangunan.
Namun sayangnya sebagian besar masyarakat percaya bahwa air di dalam kolamnya berasal dari serapan air Masjidil Haram.
Dari sinilah lahir pikiran-pikiran mistik dari masyarakat, bahwa kolam ini sangat suci dan bisa menjadi tempat untuk berdoa memohon sesuatu.
Lama kelamaan, unsur syirik semakin kuat, berbagai ritual dilakukan untuk memohon sesuatu di kolam ini yang berujung pada pesugihan.
"Dulu mereka sampai membasahi sorban dan meminum air di kolam renang guna mendapatkan berkah dari tanah suci," cerita Irlan.
Kang Irlan bersama beberapa pekerja migran Indonesia (TKI) berkunjung ke Masba Yaman yang dulunya merupakan lokasi pesugihan.
Masba Yaman biasa disebut juga kulah Yaman yang dipercayai oleh oknum jamaah bisa membuat sugih atau kaya.