Perbandingan Biaya Perawatan Mobil Listrik vs Konvensional dalam 5 Tahun

photo author
- Rabu, 23 April 2025 | 15:45 WIB
Ilustrasi mobil listrik vs mobil konvensional (Realitasonline.id - AI chatGPT)
Ilustrasi mobil listrik vs mobil konvensional (Realitasonline.id - AI chatGPT)



Realitasonline.id | Mobil listrik semakin populer di Indonesia, tak hanya karena ramah lingkungan, tetapi juga klaim biaya perawatan yang lebih rendah dibanding mobil konvensional. Namun, benarkah kepemilikan mobil listrik lebih hemat dalam jangka panjang? Simak perbandingan detail biaya perawatan kedua jenis kendaraan ini selama 5 tahun berikut.

1. Biaya Perawatan Rutin


Mobil listrik memiliki struktur mekanis yang lebih sederhana karena tidak menggunakan mesin pembakaran internal. Tanpa komponen seperti oli mesin, filter udara, atau timing belt, biaya perawatan rutinnya pun lebih rendah. Menurut data J.D.

Power, pemilik mobil listrik hanya menghabiskan rata-rata Rp4-6 juta per tahun untuk servis rutin, seperti pengecekan baterai, sistem pendingin, dan software update.

Sebaliknya, mobil konvensional memerlukan penggantian oli setiap 6-12 bulan sekitar Rp500.000–Rp1,5 juta per servis, penggantian filter udara sekitar Rp200.000–Rp400.000, serta perawatan transmisi dan sistem pembuangan. Total biaya perawatan rutin mobil konvensional bisa mencapai Rp8–12 juta per tahun.

2. Penggantian Komponen Besar

Baca Juga: Dampak Material Ramah Lingkungan pada Interior Mobil Masa Kini
Pada mobil listrik, komponen paling kritis adalah baterai. Meski harganya mahal sekitar Rp150–300 juta untuk penggantian penuh, baterai lithium-ion modern dirancang tahan hingga 8–10 tahun atau 160.000–240.000 km. Artinya, dalam 5 tahun pertama, pemilik mobil listrik umumnya tidak perlu mengganti baterai, kecuali ada kerusakan akibat kecelakaan atau kesalahan produksi.

Di sisi lain, mobil konvensional memerlukan penggantian komponen seperti kopling sekitar Rp5–15 juta, timing belt kira-kira Rp3–8 juta, atau knalpot sekitar Rp2–5 juta dalam periode 5 tahun. Total biaya penggantian komponen ini bisa menembus Rp10–25 juta, tergantung merek dan intensitas penggunaan.

3. Biaya Bahan Bakar vs Listrik
Selama 5 tahun, konsumsi energi menjadi faktor signifikan. Mobil listrik seperti Hyundai Ioniq 5 atau Wuling Air EV menghabiskan sekitar 15–20 kWh untuk jarak 100 km. Dengan tarif listrik rata-rata Rp1.500/kWh, biaya per 100 km hanya Rp22.500–Rp30.000. Untuk jarak tempuh 15.000 km per tahun, total biaya listrik 5 tahun mencapai Rp16,8–Rp22,5 juta.

Baca Juga: 5 Fitur Keselamatan Mobil Autonomous yang Masih Jarang Diketahui Publik

 

Mobil konvensional dengan konsumsi BBM 1:10 misalnya Toyota Avanza membutuhkan 1.500 liter pertahun. Dengan harga Pertamax Rp12.500/liter, biaya BBM 5 tahun mencapai Rp93,7 juta, hampir 4-5 kali lebih mahal daripada biaya listrik.

4. Perbaikan Tak Terduga
Mobil listrik memiliki risiko kerusakan mekanis lebih rendah karena minim komponen bergerak. Namun, biaya perbaikan sistem kelistrikan atau sensor otonom bisa mahal sekitar Rp5–20 juta per kasus. Sementara mobil konvensional lebih rentan mengalami masalah mesin atau transmisi, dengan biaya perbaikan berkisar Rp3–15 juta tergantung kompleksitas.

 

Dalam kurun 5 tahun, total biaya perawatan mobil listrik diperkirakan Rp40–60 juta, termasuk listrik, sedangkan mobil konvensional bisa mencapai Rp140–180 juta termasuk BBM. Meski harga beli mobil listrik masih lebih tinggi, selisih biaya operasional ini mampu menutupi gap tersebut dalam jangka panjang. Apalagi, pemerintah Indonesia memberikan insentif seperti pajak rendah dan subsidi infrastruktur charger.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Iin Prasetyo

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X