Realitasonline.id - Industri mobil listrik (EV) terus berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir. Salah satu topik yang paling banyak dibicarakan adalah baterai solid-state, yang digadang-gadang sebagai teknologi masa depan pengganti baterai lithium-ion konvensional.
Banyak yang menyebutnya sebagai game changer dalam industri otomotif, namun tidak sedikit juga yang meragukan apakah teknologi ini benar-benar siap digunakan secara massal. Lantas, apakah baterai solid-state memang revolusioner, atau sekadar hype belaka?
1. Apa Itu Baterai Solid-State?
Baterai solid-state menggunakan elektrolit padat sebagai pengganti elektrolit cair atau gel yang digunakan dalam baterai lithium-ion tradisional. Teknologi ini menjanjikan keunggulan dalam hal kepadatan energi, kecepatan pengisian, serta tingkat keamanan yang lebih tinggi.
Baca Juga: Fitur Mobil yang Paling Dicari Konsumen 2025: Dari ADAS hingga Panoramic Display
Dengan desain yang lebih kompak, baterai solid-state diprediksi mampu memberikan jarak tempuh lebih jauh bagi mobil listrik serta mempersingkat waktu pengisian hanya dalam hitungan menit.
2. Keunggulan Dibanding Baterai Konvensional
- Kepadatan Energi Lebih Tinggi
Solid-state diklaim mampu menyimpan energi hingga dua kali lipat dibanding baterai lithium-ion biasa. Artinya, mobil listrik bisa menempuh jarak lebih panjang tanpa perlu memperbesar ukuran baterai.
- Pengisian Daya Lebih Cepat
Karena resistansi internal lebih rendah, baterai solid-state berpotensi mendukung fast charging dengan waktu yang jauh lebih singkat.
- Keamanan Lebih Baik
Salah satu kelemahan baterai konvensional adalah risiko kebakaran akibat kebocoran elektrolit cair. Dengan material padat, risiko ini bisa diminimalkan secara signifikan.
- Umur Pakai Lebih Panjang
Solid-state diklaim lebih tahan terhadap degradasi, sehingga dapat bertahan lebih lama meski sering digunakan dalam siklus pengisian cepat.
Baca Juga: Mobil Listrik Murah di Indonesia: Mitos atau Segera Jadi Nyata?
3. Tantangan dalam Implementasi
Meski memiliki potensi besar, baterai solid-state masih menghadapi sejumlah hambatan.
- Biaya Produksi Tinggi: Material dan proses manufakturnya masih jauh lebih mahal dibanding baterai konvensional.