SEMINARIUM - Realitasonline | Singkat, padat, lugas dan tegas itulah sikap pribadi Pendeta (Pdt) SAE Nababan selama memimpin Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Nabolon. Ditengah tekanan, dari dalam maupun dari luar lembaga HKBP yang datang secara bertubi tubi, dihadapi dengan kekuatan mengandalkan kasih Tuhan.
Menganut prinsip biarlah periodesasi mengakhiri tugas pengabdian sebagai Ephorus (pemimpin tertinggi) di HKBP ketika itu, tidak oleh tekanan dari luar dan itu realita tak terbantahkan. Pdt SAE Nababan kala itu mengakhiri tugas pengabdian selaku Ephorus sesuai aturan dan peraturan HKBP.
Rapat pendeta HKBP 2019 yang dihelat di Seminarium Sipoholon ini, Pdt SAE Nababan hadir bukan sebagai peserta, tetapi undangan istimewa selaku mantan Ephorus, ia hadir bersama mantan Ephorus Pdt WTP Simarmata.
Perhatian tidak tertuju kepada dua sosok Emeritus (mantan) Ephorus ini, walaupun Pdt WTP Simarmata saat ini menjadi anggota DPD-RI. Terlepas dalam acara pembukaan rapat ada tidak oleh panitia memberi ruang bagi Emeritus menyampaikan sambutan .
Namun giliran Pdt Darwin Lumbantobing menyampaikan sambutan terakhir selaku pucuk pimpinan, sesaat dari podium, Ephorus HKBP ini mengundang Pdt SAE Nababan dan Pdt WTP Simarmata melangkah ke mimbar.
"Selaku junior, saya tidak berani berucap kata, dan apa yang hendak saya sampaikan sudah tertera dalam buku panduan rapat, silahkan dibaca", saran Pdt Darwin Lumbantobing kepada peserta rapat, seraya mendaulat seniornya Pdt SAE Nababan dan Pdt WTP Simarmata menyampaikan sepatah kata sambutan.
Sikap menghormati senior dari Pdt Darwin Lumbantobing ini bukan tidak mungkin jadi contoh buat pendeta-pendeta muda, agar selalu menghormati para senior. Situasi di podium terkesan jadi ajang reuni bagi ketiga Ephorus (2 emeritus 1 masih aktif) yang masing-masing selain berpredikat pendeta juga menyandang gelar doktor besar.
