"Hari apa yang kita dapat jadikan patokan dalam menulis penanggalan? Kata Sayyidina Umar dalam membuka musyawarah."
"Berdasarkan hijrah saja," kata sahabat yang berhadir.
Baca Juga: Lancarkan Akses, Prajurit TNI Bangun Jembatan Papan di TMMD 117 Kodim 0212/Tapsel
"Hijrah memisahkan yang hak dan yang batil. Jadi ia sebagai pedoman pada tahun penanggalan," kata Umar bin Khattab.
"Mulai dari bulan Ramadan," usul salah satu sahabat dalam pembahasan yang dialihkan kepada bulan pertama.
"Tidak, mulailah dari bulan Muharam Karena itu adalah waktu orang bergegas dalam meninggalkan rangkaian haji," jawab Umar bin Khattab kembali.
Dalam keputusan Muharam sebagai bulan pertama pada peristiwa hijrah sebagai tahun pertama dalam penulisan kalender Hijriyah disepakati oleh semua anggota musyawarah.
Musyawarah dalam penentuan tahun baru Islam atau disebut dengan kalender hijriyah terjadi pada tahun 17 Hijriyah, termasuklah pada tahun ke-4 kepemimpinan Amirul Mukminin, Umar bin Khattab.
Baca Juga: Lancarkan Akses, Prajurit TNI Bangun Jembatan Papan di TMMD 117 Kodim 0212/Tapsel
Berdasarkan riwayat al-Hakim bahwa Sayyidina Umar pernah mengumpulkan para sahabatnya dalam berdiskusi tentang penanggalan surat.
Ketika mengumpulkan para sahabatnya untuk bermusyawarah tentang penanggalan, kemudian sekelompok sahabatnya mengusulkan tentang penanggalan diawali dari waktu kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Kemudian, kelompok lainnya mengusulkan hari pemutusan kenabian ataupun kerasulan Nabi Muhammad SAW.
Baca Juga: Cerita Camat Angkola Barat Tapsel Soal TMMD yang Masih Sangat Dibutuhkan
Di sisi lain ada sekelompok sahabat yang hadir, yaitu mengusulkan waktu ketika Nabi Muhammad SAW keluar dari Mekah untuk berhijrah.
Sedangkan kelompok sahabat yang lain menghitung dari waktu ketika Nabi Muhammad SAW wafat.
