Realitasonline.id - Moskow | Rusia menuntut Perancis untuk memberikan bukti konkret yang membuktikan bahwa penangkapan Pavel Durov, pendiri dan CEO Telegram, tidak bermotif politik.
Permintaan ini disampaikan oleh juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, pada Selasa (27/8), dalam konferensi pers di Moskow.
Peskov menyatakan bahwa tuduhan yang dilayangkan oleh otoritas Perancis sangat serius dan memerlukan bukti yang sepadan untuk membenarkannya.
Pavel Durov, yang dikenal sebagai pendiri aplikasi pesan terenkripsi Telegram, baru-baru ini ditahan oleh pihak berwenang Prancis dalam penyelidikan yang sedang berlangsung.
Penahanan ini memicu reaksi dari Kremlin yang menilai langkah tersebut sebagai upaya politik yang terselubung untuk menekan Durov dan membatasi kebebasan berkomunikasi.
Peskov menegaskan bahwa tanpa bukti yang kuat, tindakan Perancis dapat dianggap sebagai intimidasi terhadap pimpinan perusahaan besar seperti Durov.
Baca Juga: Bukan Obat, dr Aisyah Dahlan Ungkap Manfaat Mengucapkan Istighfar: Keluarkan Karbondioksida atau Co2
Ia juga menyoroti bahwa langkah ini dapat dikategorikan sebagai manuver politik, yang sebelumnya telah dibantah oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Senin (26/8).
Macron menekankan bahwa penahanan Durov semata-mata didasarkan pada penyelidikan hukum yang sedang berjalan dan tidak memiliki motif politik.
Dalam pernyataannya, Peskov juga menyatakan kesiapan Rusia untuk membantu Durov, meskipun situasinya rumit karena Durov juga memiliki kewarganegaraan Perancis.
“Kami berharap Tuan Durov memiliki semua sumber daya yang diperlukan untuk mempersiapkan pembelaan hukumnya,” ujar Peskov.
Penahanan Durov menimbulkan kekhawatiran di kalangan pejabat Rusia, khususnya mengenai potensi penyadapan komunikasi oleh badan intelijen Barat jika Durov bekerja sama dengan pihak berwenang Prancis. Peskov memperingatkan para pejabat untuk tidak menggunakan layanan pesan apa pun, termasuk Telegram, untuk keperluan resmi.
"Tidak ada layanan pesan yang sepenuhnya aman dari sudut pandang keamanan informasi, termasuk Telegram," kata Peskov.