Tugas Kebangsaan Seorang Wartawan: Berkawan Setia dengan Bahasa

photo author
- Sabtu, 28 September 2024 | 08:21 WIB
Ketua Umum PWI Pusat, Hendry Ch Bangun menanggapi pertanyaan dari salah satu peserta SJI 2024 Sumut (Dok. SJI)
Ketua Umum PWI Pusat, Hendry Ch Bangun menanggapi pertanyaan dari salah satu peserta SJI 2024 Sumut (Dok. SJI)

"Kalau copy paste, Anda sudah berhenti jadi wartawan!" kata Khairul Jasmi, seorang penguji Uji Kompetensi Wartawan (UKW) dalam kelas Sekolah Jurnalisme Indonesia (SJI) Sumut, di Grand Inna Hotel Medan.

 

Ucapan yang dilontarkannya di menit ke 2:09 dalam kelas itu membuka keran yang mengalirkan air panas—sehingga membuat peserta SJI terperenjat. Betapa tidak, saat ini copy paste justru menjadi paradoks. Pada prinsipnya, dunia kepenulisan-kewartawanan tidak menghendaki jiplak-menjiplak karya. Namun, prinsip tersebut sering dikhianati dengan berbagai alasan seperti tuntutan kecepatan penerbitan, keterbatasan keterampilan menulis, dan lainnya.

 

Pak KJ, begitu sapaan akrab jurnalis ulung Khairul Jasmi langsung membuka kelas dengan ucapan nyelekit. Rupanya, tindakan copy paste bisa memecat diri seorang wartawan. Ketika keran air panas itu dibuka oleh Pak KJ, para peserta pun merespons dengan berbagai ekspresi: ada yang tersenyum kecut layaknya korban yang karyanya selalu di-copas (copy paste), ada juga yang tersenyum malu seperti menandakan dialah pelakunya, ada juga yang langsung serius menatap tajam Pak KJ.

 

 

Pak KJ pun menetralisir suasana. Tetap, copas tak boleh dilakukan oleh wartawan, apalagi mengarang. Kasus penjiplakan karya tidak hanya terjadi di dunia akademik, tapi di dunia jurnalisme, bahkan menjadi paradoks. Dalam konteks jurnalistik, wartawan tentu sering sekali mendapat berita rilis dan berita lainnya, tapi harus diolah lagi.

 

"Boleh ambil tapi diolah lagi. Bertolak dari terminal fakta, data, dan angka. Jangan mengarang," imbuhnya.

 

Baca Juga: Jadi Pembicara Kelas Jurnalistik di UIN SU, Iin Prasetyo Editor Realitas Online Paparkan Teknik Wawancara, Ternyata Wartawan tak Boleh Lakukan Hal ini

 

Ia kembali memaparkan bahwa bahasa tulis jurnalis ibarat pedang di tangan pesilat, menyatu, tidak memberatkan. "Bahasa adalah kawan setia wartawan," kata komisaris Semen Padang itu.

 

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Iin Prasetyo

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Kota Medan Kirim 5 Armada Damkar ke Aceh Tamiang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 15:43 WIB

UMP Sumut 2026 Naik 7,9 Persen Kini jadi Rp3.228.971

Jumat, 19 Desember 2025 | 19:07 WIB
X