Hati-Hati, Jangan Diabaikan! Kejang Epilepsi Bukan Sekadar Pingsan Biasa: Deteksi Gejala Sejak Dini

photo author
- Selasa, 9 Desember 2025 | 00:07 WIB
Putra Jaya Hulu, S.Kep.,Ns. (Realitasonline.id/Dok)
Putra Jaya Hulu, S.Kep.,Ns. (Realitasonline.id/Dok)

Oleh: Dr. Siti Zahara Nasution, S. Kp., MNS & Putra Jaya Hulu, S.Kep.,Ns
(Program Studi Magister Ilmu Keperawatan F.Kep.USU)

Realitasonline.id - Selama ini, banyak masyarakat salah memahami istilah "kejang epilepsi." Ketika mendengar kata "epilepsi," sebagian besar orang langsung membayangkan seseorang yang kerasukan, pingsan mendadak, atau mengalami gangguan jiwa. Anggapan ini keliru dan berbahaya, karena dapat membuat penderita atau keluarga terlambat mencari pertolongan medis.

Epilepsi sebenarnya adalah kondisi di mana otak masih berfungsi, tetapi mengalami gangguan aktivitas listrik yang tidak normal dan tiba-tiba. Otak menjadi "korsleting" sesaat dan kehilangan kemampuannya untuk mengendalikan tubuh dengan optimal,
sehingga muncul kejang, kehilangan kesadaran, atau perubahan perilaku
yang tidak terkendali—tergantung bagian otak mana yang terkena.

Fenomena ini menjadi ancaman kesehatan global yang perlu diwaspadai, karena epilepsi dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup drastis, cedera fisik berulang, bahkan kematian mendadak jika tidak ditangani dengan tepat.

Baca Juga: Kemanusiaan sebagai Inti Pelayanan: Mengapa Filsafat Keperawatan Sangat Penting di Era Kesehatan Modern

Fakta Mengkhawatirkan: Epilepsi Semakin Meningkat

Menurut data World Health Organization (2023), diperkirakan lebih dari 50 juta orang di seluruh dunia hidup dengan epilepsi, dan angka ini terus meningkat seiring dengan
meningkatnya kasus trauma kepala, stroke, dan infeksi otak. Di Indonesia, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2023), prevalensi epilepsi mencapai 0,5-0,7% dari total penduduk, dengan epilepsi menjadi salah satu gangguan otak yang paling sering menyebabkan stigma sosial dan diskriminasi.

Yang lebih mengkhawatirkan, epilepsi tidak hanya menyerang anak-anak. Kini semakin banyak kasus ditemukan pada usia remaja dan dewasa—bahkan
lansia—akibat cedera kepala saat kecelakaan, stroke, tumor otak, dan infeksi yang tidak tertangani sejak usia muda.

Baca Juga: Etika di Meja Operasi: Ketika Kesunyian Menjadi Tanggung Jawab Moral Perawat Bedah

Kenali Gejala Epilepsi: Tubuh Anda Mengirim Sinyal

Salah satu alasan utama tingginya stigma dan keterlambatan pengobatan epilepsi adalah ketidaktahuan tentang gejala sesungguhnya. Banyak orang mengabaikan tanda-tanda awal karena menganggapnya sebagai "melamun sesaat" atau "kelelahan biasa." Padahal, otak sebenarnya sudah mengirimkan sinyal peringatan yang jelas.

Waspadai tanda-tanda berikut:

*Kejang Umum dengan Kehilangan Kesadaran (Grand Mal)

* Kejang Sebagian Tubuh (Kejang Parsial)

* Kehilangan Kesadaran Sesaat (Absence Seizure)

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Ayu Kesuma Ningtyas

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Kota Medan Kirim 5 Armada Damkar ke Aceh Tamiang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 15:43 WIB

UMP Sumut 2026 Naik 7,9 Persen Kini jadi Rp3.228.971

Jumat, 19 Desember 2025 | 19:07 WIB
X