Karena di luar tidak menemukan siapa-siapa maka Suprapto memutuskan untuk masuk kembali dan menenangkan keluarganya bahwa suara tangis itu ternyata hanyalah suara angin.
Mereka pun asyik kembali dengan suara televisi. Seleang setengah jam Isak tangis perempuan itu terdengar kembali.
Kali ini suara tangisnya terdengar keras bahkan sesekali terdengar seperti jeritan memecah keheningan malam.
Baca Juga: Cerpen: Akhir Hayat Seorang Dukun Santet
Karena penasaran Suprapto meminta kepada Titin, adik iparnya untuk mengambil senter dan mereka berempat memutuskan mencari asal suara tersebut.
Suprapto menyorotkan lampu senter nya ke sana ke mari ditemani sang istri, anak dan adik iparnya.
Meskipun suara tangis dan jerit perempuan misterius itu masih terdengar tapi mereka tidak melihat apapun.
Bahkan, suara tangis tersebut seperti mengambang di awan, semakin membumbung ke atas genteng lalu menghilang.
Sebagai seorang Polisi yang terbiasa dengan bukti dan realita, tentu mendapati kejadian seperti itu merasa heran dan tidak habis pikir. Bahkan saking ia tidak menerima kejadian itu, ia menganggap bahwa dirinya dan keluarga sedang berhalusinasi karena kebanyakan melihat tayangan horor di televisi.
Suprapto pun menceritakan kisah lain menyangkut perilaku hantu yang sering menangis tersebut.
Menurutnya, belum lama ini tetangga di depan rumahnya sedang mengadakan mayoran +bakar sate rame-rame sambil makan-makan dan minum) di atas loteng.
Acara tersebut berlangsung sampai larut malam. Larut malam mereka masih rame dan bernyanyi-nyanyi.
Bahkan, sesekali mereka berteriak-teriak di tengah malam buta. Sampai akhirnya kegiatan mereka berhenti karena mendengar jerit melengking dari seorang perempuan.
Suara jerit itu diiringi oleh sosok yang berkelebat dan berhenti persis sekitar lima meter di depan mereka.