Di sebuah kafe di Jakarta, Soni duduk bersama dua temannya, Budi dan Jack. Mereka adalah mahasiswa jurusan IT yang tengah mencari magang sebagai syarat kelulusan.
Sambil menyeruput kopi, mereka berdiskusi tentang tempat magang yang akan mereka pilih.
"Son, kantor kakakmu dimana ya? Jadi kan, minggu depan kan kita mulai magang di sana?," tanya Jack.
"Di Jakarta Pusat. Gak terlalu jauh sih, masuknya juga jam 9 pagi, jadi seharusnya aman," jawab Soni.
"Masuknya susah enggak, dan biayanya bagaimana?" tanya Budi.
Ya, namanya juga mahasiswa, mereka bertiga ini kondisi finansialnya memang pas-pasan.
Jack mulai khawatir, tetapi Soni menjelaskan dengan tenang, "Jangan khawatir, kakak gua yang akan membantu. Dia yang akan jamin kita, dan soal biaya, kita bisa atur."
Mendengar penjelasan itu, Jack merasa lega. Mereka bertiga ini emang terkenal sebagai trio yang kompak.
Mulai dari tinggal bersama, memiliki jurusan yang sama, dan sekarang akan magang bersama.
Namun, tanpa mereka sadari, kejadian horor mulai mengintai mereka di balik pintu kantor magang yang besar itu.
Sepekan kemudian, mereka berkumpul di sebuah ruko yang besar, terletak di sudut jalan.
Dari luar, terlihat bahwa ruko tersebut merupakan gabungan dari dua bangunan yang digabung menjadi satu.
"Wow, keren juga ya kantornya," kata Budi.
"Iya sih, tapi lihat deh, ruko-ruko lainnya kelihatan lusuh banget. Suasana di sini agak aneh deh," tambah Jack, menunjukkan ruko-ruko sekitarnya yang terlihat kosong dan terbengkalai.
Mereka kemudian beranjak masuk ke dalam kantor yang sudah ditunggu oleh Pak Andre, supervisor mereka.