Realitasonline.id | Mobil dengan AI canggih di masa depan mungkin tidak hanya membantu pengemudi, tetapi juga bisa ‘ngambek’ dan menolak dikendarai dalam situasi tertentu.
AI dapat menilai kondisi pengemudi. Jika terdeteksi kelelahan, mabuk, atau stres berat, mobil bisa menolak menyala demi keselamatan.
Jika sistem keamanan mendeteksi bahaya, seperti rem atau sensor rusak, AI dapat menolak beroperasi sampai perbaikan dilakukan.
Mobil juga bisa menolak dikendarai di area berbahaya, seperti jalanan longsor, banjir, atau cuaca ekstrem yang berisiko kecelakaan.
Jika pemilik memiliki utang pajak kendaraan atau denda lalu lintas yang belum dibayar, AI mungkin akan mengunci sistem sampai masalah diselesaikan.
Beberapa AI bisa memiliki kepribadian unik. Jika sering diperlakukan kasar, misalnya sering dipaksa ngebut, mobil bisa ‘ngambek’ dan membatasi kecepatan.
Baca Juga: Balapan di Luar Angkasa: Seperti Apa Jika Formula 1 Digelar di Bulan
Keamanan siber jadi tantangan utama. Jika AI bisa menolak perintah pengemudi, bagaimana jika sistem diretas atau malah disalahgunakan?
Pemilik mungkin perlu membujuk AI mereka seperti membujuk asisten virtual, misalnya dengan menjanjikan servis rutin atau pembersihan interior.
Di satu sisi, AI yang bisa ‘ngambek’ dapat meningkatkan keselamatan, tetapi di sisi lain bisa menimbulkan frustrasi jika terlalu ketat.
Baca Juga: Mesin V12 vs Mesin Elektrik: Jika Keduanya Bisa ‘Berbicara,’ Apa yang Akan Mereka Debatkan?
Masa depan mobil pintar bukan hanya soal teknologi, tapi juga bagaimana manusia dan AI bisa berkomunikasi dan bekerja sama dengan baik (EF).