Baca Juga: Mobil SUV Jadi Andalan: Mengapa Chery Fokus di Segmen Ini?
- Strategi ekspansi lintas regional: Seperti Chery yang memperluas jaringan produksinya ke ASEAN, pabrikan lain seperti Kia, Honda, dan Renault akan memperkuat basis manufaktur di Asia Tenggara dan Amerika Latin.
Tujuannya jelas, mendekatkan produksi ke pasar potensial untuk mengurangi biaya logistik dan pajak impor.
- Model bisnis direct-to-consumer (D2C)
Terinspirasi oleh kesuksesan Tesla dan kini Chery di pasar online, pabrikan lain akan mulai memangkas peran dealer konvensional dan fokus pada pengalaman digital pelanggan melalui aplikasi dan showroom virtual.
3. Produsen Asia Siap Mengikuti Jejak Chery
Pabrikan Asia, terutama dari Korea dan Jepang, sudah mulai menyesuaikan diri dengan dinamika baru ini. Hyundai-Kia Group menjadi contoh nyata mereka gencar memperkenalkan model listrik dengan platform E-GMP dan memperluas produksi di Indonesia serta India.
Baca Juga: Chery vs Brand Jepang: Apakah Dominasi Jepang di Pasar otomotif Asia Mulai Terancam?
Sementara itu, Toyota dan Honda yang sebelumnya berhati-hati terhadap mobil listrik kini mulai mempercepat transisi. Toyota berencana merilis puluhan model EV baru hingga 2030, sementara Honda menjalin kemitraan dengan Sony untuk mengembangkan kendaraan otonom dan digital.
Namun, ada perbedaan penting , Jika Chery tumbuh pesat karena fleksibilitas dan efisiensi tinggi, maka pabrikan Jepang masih terkendala struktur bisnis yang kaku. Untuk menandingi Chery, mereka harus mengubah cara berpikir dari “tradisional dan hati-hati” menjadi adaptif dan cepat.
4. Pabrikan Eropa: Bertahan di Tengah Disrupsi
Di sisi lain, produsen Eropa seperti Volkswagen, Stellantis, dan Mercedes-Benz menghadapi tantangan berat. Mereka memiliki reputasi kuat, tetapi biaya produksi tinggi dan kecepatan inovasi yang lebih lambat membuat mereka rentan terhadap disrupsi dari merek China.
Baca Juga: Pasar Ekspor Jadi Kunci Strategi Cerdas Chery Menaklukkan Eropa dan Asia Tenggara
Volkswagen, misalnya, sudah mulai bekerja sama dengan startup China Xpeng untuk mempercepat pengembangan EV berbasis software. Langkah ini menunjukkan bahwa Eropa mulai menyadari perlunya adaptasi dengan strategi produksi mobil ala Asia yang lebih fleksibel dan efisien.
Di masa depan, kita mungkin akan melihat lebih banyak kolaborasi lintas benua seperti aliansi antara Geely dan Mercedes-Benz untuk berbagi teknologi, platform, dan baterai. Kolaborasi semacam ini akan menjadi pola pertumbuhan baru di industri otomotif 2026.
5. Indonesia dan Asia Tenggara: Medan Uji Strategi Global
Wilayah Asia Tenggara, terutama Indonesia, kini menjadi laboratorium strategi otomotif global. Dengan populasi besar dan pertumbuhan ekonomi stabil, kawasan ini menjadi target utama ekspansi merek seperti Chery, BYD, dan Hyundai. Jika tren 2025 berlanjut, maka pada 2026 Indonesia berpotensi menjadi basis produksi utama bagi pabrikan Asia dan Eropa.
Baca Juga: Chery dan Dominasi Mobil Listrik: Sinyal Perubahan Arah Industri Otomotif Global?
Chery, misalnya, sudah mengisyaratkan rencana ekspor dari Indonesia ke pasar ASEAN, sementara BYD akan membangun pabrik EV di negara ini. Langkah ini kemungkinan akan diikuti oleh merek lain yang ingin menekan biaya dan memperkuat posisi di kawasan berkembang.
6. 2026, Tahun Imitasi dan Inovasi
Melihat arah perkembangan saat ini, 2026 berpotensi menjadi tahun di mana pola pertumbuhan Chery akan menjadi acuan global. Model bisnis yang menggabungkan produksi efisien, ekspansi cepat, dan inovasi digital terbukti sukses dan para pesaing pasti tidak tinggal diam.
Namun, meniru bukan berarti menjamin kesuksesan.
Keberhasilan Chery terletak pada keberanian mengambil risiko dan kemampuan membaca pasar lebih cepat dibandingkan kompetitornya. Jika pabrikan lain ingin mengulang formula itu, mereka harus berani keluar dari pola lama dan beradaptasi dengan perubahan zaman.
Baca Juga: Rahasia di Balik Lompatan Produksi Chery 189%: Efisiensi, Teknologi, atau Model Baru?
Pada akhirnya, masa depan industri otomotif tidak lagi ditentukan oleh siapa yang paling besar, tetapi oleh siapa yang paling gesit. Pada 2026 nanti, dunia akan melihat apakah produsen global mampu mengikuti jejak Chery atau justru tertinggal oleh disrupsi yang mereka abaikan.(KN)