Jakarta - Realitasonline.id | Wakil Presiden (Wapres) Ma'ruf Amin menanggapi soal kemungkinan perbedaan tanggal perayaan Idul Fitri antara Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah pada 2023.
Menurut Ma'ruf Amin, kemungkinan perbedaan itu merujuk kepada kriteria penetapan 1 Syawal.
"Ini sudah lama diupayakan untuk bisa bertemu tapi belum ada metode yang bisa menyatukan. Oleh karena itu, maka yang ditempuh adalah adanya sikap bisa toleransi antar dua kelompok ini," ungkap Ma'ruf seperti ditayangkan YouTube Sekretariat Wapres, Senin (17/4/2023).
"Untuk masing-masing, ya Lebaran sesuai dengan keyakinannya dengan hitungannya. Jadi, bahasa Jawanya legowolah. Dan itu sudah kita lakukan bertahun-tahun," katanya lagi.
Ma'ruf Amin mengakui, awalnya memang ada sedikit konflik karena perbedaan metode penentuan 1 Syawal itu.
Namun, seiring berjalannya waktu dan terus adanya sosialisasi, maka NU dan Muhammadiyah bisa saling menghormati.
"Dulu pertama memang agak konflik sedikit yang antara metode ini ribut. Tapi belakangan tidak karena kita terus sosialisasi, edukasi, sekarang rukun-rukun saja," kata Ma'ruf.
"Sambil terus mencari metode yang mempertemukan dua metode ini imkanur rukyat dan wujudul hilal," ujarnya lagi.
Baca Juga: BNN Simalungun Dorong Kades Ciptakan Ketahanan Keluarga dari Narkoba
Seperti diketahui, Pemerintah bersama beberapa ormas Islam seperti NU dan lainnya menggunakan metode Imkanur Rukyah dalam menentukan Hari Raya Idul Fitri.
Sementara PP Muhammadiyah menggunakan metode Wujudul Hilal dalam menentukan 1 Syawal. (TRI/IP)