Oleh : Dr. Siti Zahara Nasution,S.Kp.,MNS & Ns.Zarkani S.Kep (Program Studi Magister Ilmu Keperawatan F.Kep USU)
Realitasonline.id - Setiap hari, pasien gagal ginjal kronis (GGK) memulai rutinitas yang tidak mudah: menuju ruang hemodialisis, duduk berjam-jam, dan mendengarkan dengungan mesin yang menjadi bagian dari hidup mereka.
Namun perjuangan sesungguhnya dimulai saat mereka pulang ke rumah. Di luar rumah sakit, mereka menjalani “terapi senyap” berupa disiplin merawat diri—mengatur makan, membatasi cairan, menjaga fistula, memantau tekanan darah, minum obat, dan tetap menjaga ketenangan batin.
Di tengah meningkatnya jumlah pasien hemodialisis, kemandirian menjadi kunci.
Pasien yang memahami tubuhnya dan disiplin dalam perawatan diri terbukti memiliki kualitas hidup yang lebih baik.
Baca Juga: Rutinitas Mageran Gen-Z yang Mengundang Low Back Pain
Hemodialisis bukan sekadar “cuci darah”, tetapi pola hidup baru yang memengaruhi pekerjaan, ekonomi, hingga hubungan sosial. Banyak pasien harus menata ulang ritme hidup agar selaras dengan kondisi tubuh yang tidak menentu.
Diet menjadi tantangan besar. Sedikit kelebihan kalium atau fosfor bisa membawa
risiko serius, dan asupan cairan pun harus diatur dengan ketat. Fistula, jalur hidup pasien, perlu dirawat dengan penuh kehati-hatian. Begitu pula pemantauan tekanan darah dan kepatuhan obat yang harus dilakukan rutin agar kondisi tetap stabil.
Dalam perjalanan panjang ini, kekuatan mental menjadi penopang penting. Pasien sering menghadapi kecemasan dan kelelahan emosional, tetapi dukungan
keluarga, konseling, dan aktivitas spiritual membantu mereka bertahan. Ketika
mental terjaga, kepatuhan fisik biasanya ikut meningkat.
Baca Juga: Filsafat Ilmu Keperawatan: Memahami Cara Pikir Dengan Caring Behaviour
Setiap langkah menuju ruang dialisis membawa kisah berbeda-ada yang datang
dengan semangat, ada yang datang dengan lelah, tetapi semuanya berusaha bertahan. Peran keluarga sangat besar, mulai dari menyiapkan makanan hingga memberi semangat pada hari-hari ketika tubuh terasa lemah.
Fasilitas kesehatan pun semakin memahami kebutuhan ini dengan menyediakan edukasi, konseling, dan ruang berbagi bagi pasien. Meski jalan ini panjang, banyak pasien GGK tetap mampu menjalani hidup secara produktif. Ada yang kembali bekerja, menemukan hobi baru, dan tetap aktif secara sosial.
Dengan pemahaman yang tepat dan kedisiplinan yang terjaga, hemodialisis bukan akhir hidup—melainkan titik awal untuk menemukan ritme baru dan harapan yang berbeda.
Baca Juga: EDUKAS PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN DIABETES MELITUS
Penutup