Namun perjalanan menuju momen ini tidaklah mudah. Sekitar tujuh bulan lalu, Nek Marni terjatuh. Tubuh renta itu tak lagi sekuat dulu. Ia pun berhenti berjualan serabi selama 7 bulan.
Baca Juga: Komisi II DPR RI Evaluasi Kinerja Triwulan I BPN se Indonesia, Bangga Serapan Anggaran Cukup Baik
Ia bahkan sempat khawatir menjelang bulan Ramadan kemarin tidak bisa menjalankan puasa, tarawih bahkan ibadah haji dengan sempurna karena kondisi kaki yang lemah.
“Tiga hari sebelum puasa, nenek benar-benar berdoa minta sama Allah. Nenek bilang, Ya Allah, sebentar lagi puasa, izinkan aku supaya bisa puasa, bisa tarawih tidak tinggal, sehatkan,” kisahnya dengan mata berkaca-kaca.
“Aku juga ingin ziarah ke makam ibu saya di kampung sebelum berangkat haji, nenek berdoa,” tambahnya.
Keajaiban pun datang. Kesehatannya berangsur pulih. Ia bisa kembali berjalan, bisa menyiapkan diri menyambut Ramadan dan panggilan mulia menuju Tanah Suci.
Ditinggal suami sejak 2018, kini Nek Marni mengandalkan semangat dari 5 anak dan 13 cucu yang terus menyemangatinya. Mereka adalah saksi hidup betapa tabahnya seorang nenek yang tak pernah menyerah pada keadaan.
Saat ditanya apakah pernah terlintas ingin membatalkan niat ibadah haji, mengingat masa tunggu yang begitu lama, Nek Marni mengatakan tidak pernah terlintas sedikitpun, meski banyak yang mengajaknya untuk pergi umroh saja.
“Nggak pernah terlintas untuk membatalkan niat haji, meskipun dulu ada yang ngajak untuk umroh aja. Tapi nenek bilang, haji itu wajib. Biarlah saya tunggu, saya mau menunaikan kewajiban itu cemanapun,” tegasnya.