"Seperti yang kuduga, kau pasti datang kemari, Bu Guru, he..he..he..!" katanya terkekeh seolah memamerkan giginya yang kotor itu.
"I ..iya, Pak. Bukankah kita saling bertetangga?"
"He..he..!" tawanya lagi begitu berat dan dalam.
"Bapak cuma hidup sendirian di rumah ini?"
"Iya, he..!" jawabnya singkat seraya berkelebat masuk ke biliknya.
Is keluar lagi dengan sebuah gelas minuman yang ada di atas baki. Anehnya, minuman itu dituangkan dari bumbung bambu yang kotor dan dekil.
"Ini minum. Minuman ini berkhasiat yang saya ramu sendiri dan hanya tamu-tamu tertentu yang kusuguhi kesegaran ini!" ucapnya.
Entah mengapa, aku menurut saja tatkala disodori minuman aneh tu. Setelah kutaguk, nyaris aku muntan lantaran beraroma
amis dan sedikit kental.
Kira-kira seperempat jam usai minum minuman aneh itu, tubuhku terasa hangat.
Baca Juga: Perang Santet Dengan Parang Maya di Tanah Dayak Paling Dahsyat dan Sangat Mematikan (Bagian. 1)
Pembuluh darahku seperti terbuka semua, dan entah kenapa pula napasku memburu.
Gila, aku ingin dipeluk tangan laki-laki, bahkan diraba. Aku terangsang hebat karenanya.
Keringat mulai membasahi tengkuk dan keningku, naluri kewanitaanku bangkit.
"Pak...pak. desahku menggeliat-geliat di kursi, tapi ia malah tertawa terbahak-bahak. Kesadaranku mulai berkurang, aku berjalan mendekati laki-laki tua kotor itu berusaha menangkapnya. la seakan meledekku, mempermainkanku!
Kuremas-remas, kuraba-raba sendiri tubuhku, aku benar-benar tak tahan. Saking tak tahannya birahiku, akupun melepaskan bajuku bahkan (maaf) pakaian dalamku. Serta merta aku masuk ke kamarnya dan langsung rebah di ranjang kayu tak berkasur itu.